Azab Menantu Durhaka

 


Oleh : Abun Burhanudin 

Iring iringan pengantar jenazah yang berangkat ke sebuah pemakaman di pinggir kampung Cipandil. Saat ini suasana sedang turun hujan sangat deras, ditambah dengan tiupan angin yang sangat kencang. Cahaya kilat dan petirpun menyambar nyambar. Tak heran, jika warga kampung tidak terlalu banyak yang mengiringi penguburan jenazah. Yang terlihat cuman beberapa orang saja. Diantaranya, Eva, istri Ramlan yang meninggal dunia, Euis, tetangga Eva, Ustad Salihin, Rt Dastim dan beberapa orang yang mengangkut keranda jenazah.

Tak lama kemudian, iring iringan pengantar jenazah pun sampe di pemakaman. Tampak lubang kuburan sudah disiapkan. Setelah dibacakan doa, Ustad Salihin memerintahkan warga untuk menguburkan jenazah tersebut. Beberapa warga pun segera mengangkat jazad Ramlan, mau dimasukan ke dalam liang kubur.

Namun baru saja lubang kubur itu mau diuruk tanah, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti, di pinggir jalan dekat pemakaman. Seorang perempuan setengah baya, ditemani oleh dua bodyguardnya turun. Perempuan itu langsung berteriak menyuruh mereka berhenti. Semua orang kaget. Perempuan ini melarang jenazah Ramlan dikuburkan di pemakaman ini. Area pemakaman itu udah dia beli khusus untuk keluarganya. Jika mereka tetep memaksa, maka dia akan menuntutnya ke pengadilan. Orang orang pun terpaksa berhenti, tidak jadi menguburkan jenazah Ramlan di pemakaman ini.

Para warga bingung, terutama Eva. Tak ada lahan lagi untuk menguburkan jenazah Ramlan. Ustad Salihin bilang, untuk menguburkan jenazah Ramlan di sebuah perkebunan milik dia. Tapi jaraknya lumayan agak jauh. Para warga diminta ikhlas memindahkan penguburan Ramlan di tempat itu. Karena hujan turun semakin deras, jadi tidak ada warga yang bersedia. Apalagi sekarang udah semakin sore. Jadi mereka banyak yang memilih pulang. Rt dan Ustad Solihin terpaksa harus menunda acara pemakaman sampe besok. 

Jenazah Ramlanpun dibawa kembali dari pemakaman. Tiba-tiba terjadi kejadian yang luar biasa. Saat iring iringan itu melewati sebuah sungai, tiba-tiba angin bertipun sangat kencang. Beberapa orang yang memanggul jenzaha tampak terseok seok. Semua orang pada panik. Suatu ketika, kilatan petir menyambar keranda. Semua orang kaget. Saking kagetnya, keranda jenazah dilemparkan. Para pembawa keranda pada berlari. Jenazah Ramlan terjatuh ke sengai, dan langsung terlihat hanyut.

Anehnya, setelah jenazah Ramlan terjatuh ke sungai, hujan dan angin pun mendadak reda. Orang orang merasa heran. Rt segera memerintahkan orang orang untuk mencari jenazah Ramlan ke sungai. Meskipun air sungai masih cukup deras, namun beberapa orang terpaksa turun. Keanehanpun kembali terjadi. Jenazah Ramlan tidak bisa ditemukan. Yang ada cuman kain kafannya saja. Semua orang makin merasa heran. Eva bener bener merasa sedih. 

Ustad Salihin membaca istigfar. Ini merupakan sebagian tanda dari kekuasaan Allah. Kejadian ini barangkali ada kaitannya dengan Almarhum Ramlan selama dia hidup. Sang Ustad lalu bertanya kepada Eva, gimana kisah Ramlan selama dia hidup. Dengan perasaan sedih, Eva pun lalu bercerita.


Beberapa tahun sebelumnya. 

Ramlan dikenal sebagai seorang pemuda yang baik, hati, sopan, dan rajin ibadah. Dia menjalin hubungan cinta dengan Eva sejak mereka di bangku SMA. Namun, hubungan cinta mereka tidak direstui oleh H. Saud, dan Bu Rohani, orang tua Eva. Karenanya, mereka menjalin hubungan secara sembunyi sembunyi.

Selepas lulus SMA Ramlan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Tapi karena cuman bermodalkan ijazah SMA, Ramlan hanya bisa bekerja sebagai buruh pabrik. Walau begitu, Ramlan tetap mensyukurinya. Beberapa bulan kemudian, Ramlan pulang dan langsung melamar Eva ke orang tuanya.

Tapi, sikap H. Saud dan Rohani tetap saja tidak berubah. Mereka tidak mau merestui hubungan mereka. Entah apa sebabnya, Eva tak bisa mengerti. Karena perasaan cinta Eva kepada Ramlan begitu berat, Eva akhirnya nekad ngajak Ramlan kawin lari. Ramlan semula menolak, karena menurutnya itu bertentangan dengan ajaran agama. Tapi Eva memaksa dan mengancamnya akan bunuh diri kalo Ramlan tidak mau menuruti kemauannya. Ramlan pun akhirnya setuju. Merekapun lalu menikah secara sembunyi sembunyi.

Tentu saja hal itu membuat H. Saud dan Rohani sangat marah. Sejak saat itu mereka tidak mau lagi mengakui Eva sebagai anaknya. Ramlan dan Eva sudah berkali kali datang minta maaf, dan restu mereka. Namun H. Saud dan Rohani malah mengusir mereka.

Sejak pernikahannya, Ramlan dan Eva tinggal di sebuah rumah kontrakan. Ukurannya sangat kecil. Hanya terdiri dari kamar, ruang tamu, dapur dan bak mandi. Tapi walau begitu, Eva merasakan bahagia, karena Ramlan adalah suami yang baik dan sangat sayang kepada Eva. Kebahagian merekapun semakin sempurna lagi saat Eva akhirnya hamil dan melahirkan bayi laki laki, yang kemudian dikasih nama Muhammad Riza Al Gifari. 

Ternyata meskipun Ramlan dan Eva sudah punya anak, yang notabene adalah cucu dari H. Saud dan Rohani, tapi hal itu tidak merubah sikap mereka pada Ramlan dan Eva. Tak sekalipun H. Saud dan Rohani datang menjenguk mereka. Tentu saja ini membuat Eva sangat merasa sakit hati. Tapi Ramlan terus berusaha menghiburnya dan menasehatinya agar Eva tetap bersabar. Gimanapun juga mereka adalah orang tuamu, yang harus dihormati. Kalo tidak boleh dendam sama mereka. Dengan kesabaran Ramlan seperti itu, Evapun semakin sayang kepada dia. Jadi walaupun kedua orang tuanya, tetap tidak mau mengakui Eva sebagai anak mereka, tapi Eva tetep merasa bahagia bisa hidup disamping Ramlan.

Rupanya ujian yang menimpa rumah tangga mereka belum selesai. Tiba-tiba saja Eva mengalami sakit keras yang mengharuskan dirinya dirawat di rumah sakit. Doter bilang, Eva mengalami penyakit dibagian empedu yang menyebabkan empedunya harus diangkat, yang tentunya memerlukan biaya yang cukup besar.

Eva benar-benar sock. Fikirnya, darimana Ramlan bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Eva pun berusaha untuk menyembunyikan penyakitnya itu. Tapi Ramlan akhirnya tahu juga. Dia bilang, gimanapun caranya, dia tetap akan mendapatkan uang demi kesembuhan Eva.

Ramlan lalu berusaha mencari uang dengan meminjam ke sana kemari. Karenanya dia menjadi sering bolos kerja, hingga akhirnya diapun dipecat. Ramlan pun semakin saja terpuruk. Diapun sempat mendatangi H. Saud dan Rohani untuk pinjam uang dan ngasih tahu keadaan penyakit Eva. Tapi bukannya dikasih pinjam, Ramlan malah dimaki maki. Ramlan sedih. Terpaksa dia harus pinjam sana pinjam sini untuk biaya pengobatan penyakit Eva.

Ramlan berhasil dapat pinjaman. Eva pun segera dioprasi dan akhirnya sembuh. Tapi selanjutnya dia berhadapan dengan persoalan baru. Hutangnya menumpuk. Hampir setiap hari rumahnya didatangi oleh orang-orang yang mau menagih hutang. Bahkan ada diantara mereka yang menggunakan preman dan bersikap kasar. Ramlan sempat dipukulin sampe babak belur karena gak sanggup membayar hutang. 

Eva merasa bingung dan sedih. Dia terpaksa mendatangi orang tuanya untuk meminjam uang. Tapi lagi lagi orang tuanya bukannya mau membantu malah menyalahkan Eva karena dianggap tidak mau menuruti omongan mereka. Eva benar-benar sedih. 

Eva pulang dengan tangan hampa. Lalu dia bercerita kepada Ramlan. Kali ini Ramlan bener bener merasa sakit hati. Ramlan bersumpah gimanapun caranya, dia harus bisa jadi orang kaya. 

Ramlan berusaha mengumpulkan uang dengan segala macam cara, hingga suatu ketika dia bertemu dengan Iskandar yang ngasih solusi untuk ikut masuk sindikat pemalsu STNK dan BPKB. Ramlan yang lagi gelap mata langsung aja setuju. Sejak saat itu diapun terlibat dalam aksi kejahatan itu. Modusnya, dia merental mobil kemudian dipalsu STNK dan BPKB nya, lalu mobil sewaanya dijual.

Ramlan akhirnya jadi kaya raya, dan mampu beli mobil mewah. Tapi semenjak hitu, sikap hidupnya jadi berubah total. Dia yang tadinya lemah lembut, rajin ibadah, dan santun, sekarang jadi sering bersikap kasar. Bahkan Eva pun seringkali disakiti Ramlan saat Ramlan tidak senang, ato marah sama dia. Eva pun jadi sedih. Ternyata kekayaan tidak membuatnya bahagia. Dia lebih merasa nyaman hidup dalam serba kekurangan, ketimbang hidup kaya raya tapi hati merasa sengsara. 

Eva pun mulai sadar. Ternyata omongan orang tuanya benar. Dia mungkin tidak cocok hidup bersama Ramlan. Eva pun menyesal. Tapi apa hendak dikata, semuanya sudah terlanjur terjadi. Sebagai istri yang baik, dia harus tetap tata dan setia kepada suami.

Di pihak lain, kehidupan H. Saud dan Rohani mengalami perubahan yang sangat drastis. Usaha H. Saud mengalami kebangrutan. Semua aset perusahaan dijual. Saud jadi jatuh miskin. Yang tersisa cuman cuman rumah yang ditinggali dan beberapa sawah dan kebun miliknya. Itupun sudah digadekan untuk membayar hutang.

Ternyata hutang Saud masih saja menumpuk. Dia bener bener sudah tidak mampu membayar. Rumahnyapun hampir disita. Rohani terpaksa menyarankan suaminya itu untuk minta bantuan ke Ramlan yang sekarang udah jadi kaya raya.

Dengan berat hati, Saud pun akhirnya mendatangi Ramlan buat pinjam duit. Ramlan yang sudah lama merasa sakit hati, merasa punya kesempatan untuk balas dendam. Ramlan pun mau meinjamkan udang dan melunasi semua hutang hutang mertuanya. Tapi dengan syarat, rumah mertuanya itu haris dijadikan jaminan. Ramlan ngasih tempo tiga bulan kepada H. Saud untuk membayar hutangnya. Kalo sampe jatuh tempo tidak mampu juga melunasi hutangnya, maka rumah H. Saud akan disita.

Eva merasa tidak tega melihat perlakuan Ramlan kepada orang tuanya. Diapun sempat meminta pertimbangan. Tapi Ramlan bukannya luluh, malah dia mengancam Eva akan menceraikannya jika dia terus membicarakan soal itu. Eva pun tak bisa apa apa. Dia cuman bisa memendam kesedihannya di dalam hati.

Waktu tiga bulan udah berlalu. Saatnya H. Saud untuk membayar hutang kepada Ramlan. Ternyata dia tidak sanggup untuk membayar. Dengan kejamnya Ramlan menyita Rumah mertuannya, bahkan sampe tega mengusirnya. Sejak saat itu H. Saud dan Ramlan jadi gelandangan. Tidur dimana saja. Lagi lagi Eva tidak bisa berbuat apa apa.

Suatu ketika, H. Saud mengalami sakit keras, akhirnya meninggal. Rohani benar benar merasa terpukul dan sedih. Dia lalu mendatangi Eva, supaya mau mengurusi jenazah ayahnya dsecara umum. Tapi Ramlan menolak mentah mentah. Rohani sakit hati. Saking sakit hatinya, sampe terlontar sumah dari mulutnya. Rohani mengutuk Ramlan kalo dia mati, semoga saja bumi tidak menerima jasadnya. Tapi Ramlan tidak mau ambil pusing dengan kutukan mertuanya. Eva cuman bisa sedih. Lagi lagi dia tidak berdaya menghadapi sikap Ramlan.

Suatu ketika, Ramlan lagi asyik nongkrong di sebuah warung sambil bermain catur. Kebetulan si pemilik warung lagi nonton berita di TV. Saat itu tersiar kabar kalo Polisi berhasil membekuk Iskandar, salah seorang anggota sindikat pemalsuan STNK dan BPKB. Ramlan langsung pucat dan kaget melihat berita tersebut. Diapun jadi ketakutan dan langsung pergi meninggalkan warung.

Ramlan lagi di jalan bawa mobil. Tujuannya dia mau pulang, mau ngajak Eva kabur dari kampung ini. Saat sampe di sebuah tempat dia kaget melihat banyak polisi yang sedang berjaga jaga. Padahal para polisi itu sedang melakukan razia rutin. Ramlan ketakutan, dan langsung berbalik arah mau kabur. Seorang polisi melihatnya dan langsung mengejar. Ramlan terus kabur membawa mobilnya kayak kesetanan. Pas sampe di sebuah belokan, Ramlan kaget melihat ada sebuah mobil yang meluncur dengan kecepatan tinggi dan hampir saja bertabrakan dengan mobil dia. Ramlan segera banting setir ke arah kiri. Naasnya, dia malah menabrak sebuah pohon yang ada di pinggir jalan. Ramlan akhirnya tewas dalam kecelakaan.

Kembali ke Eva yang lagi bercerita kepada Ustad Solihin. Eva mengakhiri ceritanya. Di sini ustad memberikan pesan. Pertama tentang kewajiban anak atau menantu hormat kepada orang tua, atau mertua. Kedua tentang harta kekayaan yang tidak menjamin membawa kebahagiaan. Ketiga masalah dendam yang bisa membawa kepada kesesatan. Eva dan warga lainnya tampak pada serius mendengar nasehat Ustad Solihin.

Sumber : Kisah dari seorang teman disesuaikan dengan ide cerita.

 

Sekian 


Tidak ada komentar:

 



 

ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.